Industri pembuatan rambut palsu atau wig di Purbalingga, Jawa Tengah, menghadapi tantangan terancam gulung tikar.
Persaingan yang ketat membuat perusahaan harus mampu bertahan jika tak mau tutup dan membuat pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Hal ini sudah terbukti dengan tutupnya sejumlah pabrik wig di Purbalingga.
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Purbalingga mencatat, hingga September 2025, ada 249 karyawan pabrik rambut palsu yang di-PHK.
Terbaru, PT Nina Venus cabang Purbalingga yang mem-PHK 141 karyawannya.
“Yang telah melapor ke Disnaker Purbalingga, hingga bulan September 2025, sebanyak 249 pekerja yang terdampak PHK di sektor tersebut,” ungkap Kepala Bidang Industrial Disnaker Purbalingga Yesu Dewayana, Jumat (3/10/2025).
Yesu mengatakan, sebenarnya, produk rambut palsu buatan pabrik wig di Purbalingga berkualitas.
Hanya saja, pabrik padat karya ini menghadapi masaah dalam hal produksi massal.
“Kalau secara kualitas, kita memang unggul karena kita cukup telaten dan detail.”
“Tapi, untuk produksi massal, kita masih kalah.”
“Mungkin ini jadi bahan evaluasi ke depan,” katanya saat ditemui di kantornya.
Hak Karyawan Terpenuhi
Yesu memastikan, pada kasus PHK di PT Nina Venus Purbalingga, seluruh karyawan telah mendapatkan hak-haknya.
Pabrik rambut palsu atau wig tersebut resmi tutup pada Rabu (30/9/2025).
“Teman-teman disana sudah ada Perjanjian Bersama (PB) untuk penyelesaian pesangon dan kompensasi.”
“Alhamdulilah, proses ini berjalan tanpa gejolak,” ujarnya.
Yesu menambahkan, sebagaian besar dari 141 karyawan yang terkena PHK juga telah mendapat tempat baru.
Mereka akan dipekerjakan di dua perusahaan lain yang juga bergerak di bidang pembuatan rambut palsu atau wig, yakni PT Boyang dan PT Victoria.
“Pekerja sudah menerima keputusan tersebut bahkan mereka bisa langsung bekerja lagi karena perusahaan sudah melakukan kerja sama dengan PT Boyang dan Victoria.”
“Jadi, meski melamar lagi, mereka akan langsung ditempatkan,” kata Yesu.
Menurut Yesu, PT Nina Venus Purbalingga tutup karena pesanan yang masuk ke pabrik tersebut terus menurun.
Pabrik wig ini merupakan cabang dari antor pusat di Sukabumi, Jawa Barat.
“Dulu, waktu jaya-jayanya, rambut palsu atau wig, sekitar 10 tahun yang lalu, jumlah karyawannya bisa sampai 500 orang,” katanya.
Penurunan produksi terjadi di masa pandemi Covid-10.
“Tapi setelah pandemi, permintaan menurun tajam,” katanya. (*)

