Bitcoin (BTC) mencatat rekor tertinggi baru di kisaran US$112.000 pada Kamis (22/05), dan meski sempat mengalami koreksi, aset ini tetap bertahan di atas US$109.700 hingga akhir pekan.
Sementara beberapa analis menghubungkan kenaikan ini dengan perkembangan geopolitik, seperti pembicaraan gencatan senjata Rusia dan Ukraina, faktor makroekonomi kini dinilai berperan lebih besar.
Salah satu faktor utama yang mendorong bullish Bitcoin adalah krisis pasar obligasi Jepang, di mana imbal hasil (yield) obligasi pemerintah jangka panjang melonjak ke level tertinggi sepanjang masa.
Imbal hasil 30 tahun obligasi Jepang mencapai 3,185% pada 20 Mei, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap keberlanjutan fiskal negara dengan rasio utang terhadap PDB melebihi 250%.
Kenaikan imbal hasil obligasi biasanya menandakan risiko kredit yang lebih tinggi dan ketidakpastian pembayaran utang. Krisis kepercayaan di pasar obligasi Jepang ini memicu kekhawatiran akan risiko gagal bayar negara, sehingga beberapa investor institusi mulai mempertimbangkan Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap risiko kedaulatan.
