Banyumas Raya
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan agar penggunaan lemak trans hilang dari seluruh produk dalam 5 tahun ke depan. Sebabnya, lemak macam ini memang berbahaya karena mampu meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
- 6 Jenis lemak dalam tubuh manusia, sudahkah kamu mengetahuinya?
- Mari kenali beragam macam lemak lemak agar tidak salah paham
- cara cepat hamil
Mengutip Vox pada selasa (22/5/2018), lemak trans adalah lemak tak jenuh yg mampu terjadi secara alami, tapi dengan kadar rendah pada dua daging dan produk susu.
Namun, yg berbahaya adalah lemak trans yg dibuat oleh manusia seperti minyak terhidrogenasi parsial. Lemak ini digunakan karena murah. Minyak ini dapat menyumbat arteri dan membuatnya lebih pendek.
Lemak ini dipopulerkan pada 1950-an dan penggunaannya meluas hingga di banyak makanan. Mereka ada di kue, pai, piza, kentang goreng, hingga krim kopi dan popcorn.
Alasan penggunaannya adalah karena lebih murah dibandingkan dengan lemak hewani, meningkatkan daya simpan makanan, dan dianggap membuat lebih enak.
Namun, banyak penelitian memperlihatkan bahwa jumlah kecil lemak trans meningkatkan kolesterol jahat dalam darah, serta menurunkan tingkat kolesterol baik. Hal ini meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan serangan jantung.
Risiko penyakit jantung meningkat
Sebuah penelitian di tahun 2006 yg terbit di New England Journal of Medicine menunjukkan, tiap 2 persen asupan kalori yg berasal dari lemak trans, risiko penyakit jantung mulai meningkat sebesar 23 persen.
Walaupun begitu, masih ada perdebatan tentang manfaat kesehatan dari lemak jenuh dan tidak jenuh. Namun yg pasti, ketika ini para ahli kesehatan dengan tegas menolak lemak trans.
Lemak trans sendiri banyak ditemukan dalam produk-produk makanan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Negara-negara tersebut belum melarang lemak trans dan memiliki angka penyakit kardiovaskular yg tinggi.
Denmark dan New York
Salah sesuatu negara yg sudah menerapkan kebijakan pelarangan lemak trans adalah Denmark. Tiga tahun setelah aturan tersebut berlaku, tingkat kematian akibat penyakit kardiovaskular menurun hingga 14,2 kematian per 100 ribu orang.
Sementara di New York, kematian kardiovaskular menurun sebesar 4,5 persen setelah mereka memberlakukan larangan penggunaan lemak trans.
“Ada miliran orang di semua dunia yg mengonsumsi makanan dengan lemak trans. Mereka tak tahu hal itu menyebabkan setengah juta kematian setiap tahunnya,” ujar Dr. Tom Friden, presiden dan CEO yayasan Resolve to Save Lives yg juga mantan kepala Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika serikat.
“Itu sebabnya pendekatan kesehatan masyarakat, melalui kebijakan yg efektif bisa menyelamatkan sebagian besar kehidupan,” tambahnya.
Sumber: Liputan6.com [ita]
Sumber: http://www.merdeka.com
BanyumasRaya.com