Banyumas Raya
Jakarta – Hidup dalam pelarian terbukti berongkos mahal buat mantan bos Nissan Carlos Ghosn, termasuk uang jaminan US$14 juta (sekitar Rp192,6 miliar) di pengadilan Jepang yg dipastikan hilang percuma karena pelariannya.
Sementara ongkos buat kabur dari Jepang dan merayakan malam Tahun Baru 2020 di Beirut, Lebanon, ditaksir menghabiskan lebih US$15 juta (sekitar Rp206,3 miliar), demikian mengutip laporan Irish Times, Sabtu (11/1/2020).
Itu termasuk US$350 ribu (sekitar Rp4,8 miliar) buat jet pribadi yg membawa Ghosn dari Osaka ke Istambul dan jutaan dolar lainnya bagi ekstrasi multinegara yg setidaknya membutuhkan 25 orang dalam setengah tahun merencanakan pelarian, menurut pakar keamanan swasta.
Arus keluar seperti itu membuat kekayaan Ghosn menyusut hingga 40 persen sejak dia ditangkap lebih dari setahun yg dulu di Bandara Haneda, Tokyo, menurut perkiraan Bloomberg Billionaires Index.
Kekayaannya sekarang diperkirakan sekitar US$70 juta (sekitar Rp963 miliar), turun dari US$120 juta (sekitar Rp1,65 triliun) pada ketika penampilan pengadilan pertamanya setahun yg lalu.
Pada konferensi pers sepanjang 2,5 jam di Beirut, Lebanon, pada Rabu (8/1/2020), dengan berapi-api Ghosn berulang kali menyatakan tak bersalah terhadap tuduhan bahwa ia meremehkan pendapatannya dan menyerbu sumber daya perusahaan buat keuntungan pribadi.
Dia pun menuduh jaksa penuntut Jepang, pejabat pemerintah dan eksekutif Nissan Motor sudah berkonspirasi buat menjatuhkannya, dan dia bersikeras mulai membersihkan namanya.
“Saya telah terbiasa dengan apa yg Anda sebut misi mustahil,” katanya dalam menanggapi pertanyaan dari para wartawan.
“Anda bisa mengharapkan aku di minggu-minggu mendatang buat mengambil inisiatif bagi memberi tahu Anda bagaimana aku mulai membersihkan nama saya,” lanjut dia.
Itu mungkin termasuk buku yg menceritakan semuanya. Ghosn berencana buat mempublikasikan kisah penangkapannya, menurut sebuah laporan yg dirilis NHK.
Di Prancis, otoritas setempat juga telah memulai investigasi kemungkinan penyalahgunaan uang Renault oleh Ghosn bagi menjadi tuan rumah pesta mewah dan membayar biaya konsultasi.
Mantan eksekutif Nissan dan Renault itu juga setuju bagi membayar US$1 juta (sekitar Rp13,7 miliar) guna menyelesaikan keluhan sipil dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS, yg menyampaikan ia gagal mengungkapkan secara tepat potensi pembayaran pensiun, tanpa mengakui atau menyangkal kesalahan.
Pada konferensi persnya, Ghosn mengklaim bahwa dia tak melakukan hal yg tak diinginkan dalam menyelenggarakan acara di Istana Versailles.
Mengenai denda Securities and Exchange Commission (SEC), pengacara Ghosn menyampaikan sebelumnya, “Kami sangat senang sudah menyelesaikan persoalan ini di AS tanpa temuan atau pengakuan kesalahan.”
Kuasa hukum Ghosn di AS, Paul Weiss Rifkind Wharton dan Garrison, menolak buat mengomentari perkiraan kekayaan yg dilansir Bloomberg atau pada penyelesaian SEC. Pengacara Lebanon Ghosn juga menolak berkomentar.
Nissan sedang mempertimbangkan bagi mengambil tindakan hukum terhadap Ghosn di Lebanon, orang-orang yg mengetahui rencana perusahaan mengatakan, buat mendapatkan kembali uang yg diklaimnya tak digunakan dengan benar.
Pembuat mobil itu berusaha mengusirnya dari tempat peristirahatan di Beirut yg masih mampu dia akses. Nissan membelinya seharga US$8,75 juta (sekitar Rp120,4 miliar), kemudian merenovasi dan menyediakannya bagi Ghosn, menurut seseorang yg akrab dengan persoalan tersebut.
“Penerbangan Ghosn tak mulai memengaruhi kebijakan dasar Nissan yg membuatnya bertanggung jawab atas kesalahan serius yg ditemukan oleh penyelidikan internal,” kata pabrikan mobil yg berbasis di Yokohama itu.
Kasus yg menyeret Ghosn berikut pelariannya dari Jepang sudah membuat Nissan kian tersakiti secara reputasi maupun finansial.
Kapitalisasi pasar Nissan sudah turun lebih dari US$10 miliar (sekitar Rp137,6 triliun) sejak penangkapannya.
“Mereka kehilangan lebih dari US$40 juta (sekitar Rp550 miliar) sehari,” kata Ghosn ketika konferensi pers, Rabu.
Kerugian itu bertepatan dengan krisis keseluruhan di industri otomotif, yg sudah memukul laba, tapi Ghosn berpendapat keinginan Nissan buat mendepaknya sudah merusak laba dan nilai pemegang saham.
Bloomberg News juga melaporkan bahwa Nissan membelanjakan US$200 juta (sekitar Rp2,75 triliun) bagi pengacara, penyelidik dan detektif swasta selama skandal, sebuah klaim yg dibantah oleh orang dalam.
“Angka itu sangat dibesar-besarkan. Anda mungkin perlu mengambil sesuatu nol,” sesuatu sumber di dalam Nissan menyampaikan kepada AFP.
Apakah Ghosn mulai mendapatkan kebebasan sebenarnya dan dapat membersihkan namanya di Libanon? Itu masih menjadi misteri. [tar/ikh]
Sumber: http://teknologi.inilah.com
BanyumasRaya.com