Jakarta – Indonesia berhasil keluar dari resesi karena pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2021 mencapai 7,07%. Sayangnya tak sedikit pihak yang meragukan capaian tersebut dan menganggap itu hanya bersifat semu.
Director Political Economy & Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 7,07% bahkan tidak terasa. Pencapaian itu hanya dinilai efek low base (basis rendah) dari pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun lalu yang minus 5,32%.
“Ekonomi tumbuh 7% untuk periode (April-Juni) 2021 dibandingkan (April-Juni) 2020 yang waktu itu sedang anjlok, sehingga pertumbuhan 7% tidak terasa,” kata Anthony, Minggu (8/8/2021).
Ditambah adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), yang membuat banyak orang menghadapi kesulitan ekonomi. Hal itu menjadikan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 7,07% dinilai tak berarti banyak terutama untuk kalangan ke bawah.
“Yang sekarang dirasakan masyarakat selama satu bulan belakangan ini adalah ekonomi sedang sulit, penghasilan hilang, banyak kerabat dan saudara terkena COVID-19 bahkan sampai meninggal, banyak yang tiba-tiba kehilangan anggota keluarga, sahabat, family. Data pertumbuhan ekonomi 7% tidak bisa menghilangkan fakta yang menyedihkan ini, tidak berarti banyak bagi masyarakat kelompok bawah,” tuturnya.
“Mungkin kelompok atas bisa merasakan bahkan menikmati pertumbuhan ini. Yang jelas, ekonomi kelompok bawah sedang susah,” tambahnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menjelaskan bahwa ekonomi yang tumbuh 7,07% di kuartal II-2021 memang tidak bisa dilihat dampaknya saat ini dan ke depan, melainkan hanya pada periode April, Mei, dan Juni 2021.
“Sementara realitas yang kita hadapi sekarang, di bulan Agustus ini adalah gelombang kedua pandemi dan PPKM Level 4. Perekonomian sekarang sedang turun, pengangguran dan kemiskinan meningkat. Yang kita alami sekarang baru akan dicatat dan dilaporkan oleh BPS pada bulan Oktober nanti,” jelasnya.
Di tengah pengumuman ekonomi tumbuh 7,07%, justru, kata Piter, Indonesia sedang menghadapi gelombang PHK atau banyak pegawai yang dirumahkan. Jadi dampaknya memang tidak terasa saat ini.
“Di tengah PPKM Level 4 sekarang ini justru kita menghadapi gelombang PHK atau perumahan pegawai. Jadi pertumbuhan ekonomi 7% di triwulan II kita jadikan sumber semangat saja,” tandasnya.