Banyumas Raya
JAKARTA, .com – Calon anggota legislatif Dewan Perwakilan Rakyat RI dari Partai Solidaritas Indonesia ( PSI) Yurgen Alifia yaitu pendatang baru di dunia perpolitikan.
Yurgen kini maju di daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat VI, yg meliputi Kota Depok dan Kota Bekasi. Sebelumnya, dia adalah seorang jurnalis Metro TV, Voice of America, dan CNN indonesia.
Namun, Yurgen menetapkan terjun ke dunia politik secara total. Dia pamit dari jurnalis dan menjadi caleg buat pemilu 2019.
Awal terjun ke dunia politik
Menurut Yurgen, awal mula dia tertarik menjdi caleg lantaran tidak jarang melihat tak bermutunya cara kerja para anggota dewan. Selama menjadi jurnalis, Yurgen kerap ditugaskan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Di situ dia melihat kualitas sebenarnya para wakil rakyat.
“Jadi aku lihat waktu itu ternyata kualitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI kami enggak bagus-bagus amat. Tapi waktu itu kegelisahan saja,” ungkapnya ketika diwawancarai , Kamis (11/4/2019).
Saat ia mengambil S2 tentang kebijakan publik di Oxford University, Amerika Serikat. Saat itulah Yurgen akan merasa sangat terdorong buat menjadi caleg.
Baca juga: Cerita Caleg: Dijuluki Pembawa Hujan, Daniel Johan Sampai Diminta Padamkan Kebakaran Hutan
Ketika mengerjakan tugas akhirnya, ia melihat bagaimana amatirnya pemerintah dalam merumuskan kebijakan publik.
Tema yg ia ambil buat tugas akhirnya perihal pengelolaan sampah di Kota Depok.
“Di situ aku ‘marah’ karena aku buka dokumen pemerintah Kota Depok, aku lihat betapa amatirnya pemerintah kami di Depok terutama waktu itu, ketika merumuskan kebijakan, apakah transportasi, pengelolaan sampah,” ungkapnya.
Dari situ, ia pun menetapkan bagi menjadi caleg. Sekembalinya dari Oxford ke Indonesia, ia bergabung dengan PSI.
Pertarungan di “darat“
Yurgen menuturkan bahwa dapil yg ia geluti termasuk berat. Selain banyak petahana, terdapat pula beberapa menteri yg bertarung di dapil yg sama. Kedua menteri itu yakni Hanif Dakhiri (PKB) dan Lukman Hakim Saifuddin (PPP).
Ia memakai metode kampanye dengan menyebarkan brosur dan alat peraga kampanye (APK) seperti spanduk dan baliho.
Dia juga bertemu dengan warga, tapi Yurgen mengaku lebih memprioritaskan dananya buat mencetak APK.
Baca juga: Cerita Caleg: Dian Fatwa Pening Saat Ongkos Politik Membengkak…
Menurutnya, dengan dana kampanye yg terbatas, APK lebih efektif apalagi mengingat rapat dengan warga juga membutuhkan biaya yg cukup besar, misalnya bagi konsumsi.
“Memang aku lebih mengalokasikan dana itu bagi APK ketimbang pertemuan. Karena lihat dana saya, sehingga aku harus maksimalkan banget sehingga APK itu yg lebih efektif,” ungkapnya.
Bukannya tidak beralasan, warga yg ia temui, katanya, seringkali mengaku tidak pernah melihat wajah Yurgen di spanduk atau bentuk APK lainnya.
“Pada akhirnya warga itu mulai bertanya, ‘Kok aku enggak pernah lihat spanduk Anda ya?’, ‘Kok aku enggak pernah melihat baliho Anda?’, itu kadang banget. ‘Mas caleg? Saya enggak pernah lihat muka mas di jalan-jalan’,” tutur Yurgen.
Kocek pribadi
Yurgen merasa bersyukur partainya menolong memberikan dana kampanye.
Meski tidak mampu mengungkapkan nominal sumbangan dari partai, Yurgen menyampaikan bahwa dana yg berasal dari kantong pribadinya sebesar Rp 100 juta.
“Kalau sekarang sih mungkin aku cuman keluar Rp 100 (jutaan) kali ya. Dari target yg besar itu, paling Rp 100 jutaan. Jadi memang aku berupaya buat tak memakai uang pribadi, jadi benar-benar aku mencoba dari fundraising dan dari bantuan partai,” tutur dia.
Padahal, keterangan yg ia bisa dari kenalannya, dana kampanye bisa berkisar Rp 2-5 miliar.
Yurgen mengatakan, donasi dari pihak yang lain pun jumlahnya tidak besar. Kebanyakan donasi berasal dari kerabat atau teman-temannya, dan lebih sebagai dukungan moral.
Ketika ditanya mengenai bagaimana cara menekan biaya tersebut, ia pun berkelakar tidak tahu lagi apa yg harus dihemat karena dananya memang telah terbatas.
Menurut dia, berbagi APK dengan caleg DPRD menjadi salah sesuatu cara yg ia dilakukan.
Namun, Yurgen juga menyebutkan bahwa media sosial menjadi salah sesuatu alternatif bagi menekan tingginya biaya berkampanye.
“Sekarang pesan itu paling aku Whatsapp brosur saya, di Twitter aku share, kebetulan emang PSI cukup gencar di medsos jadi konten yg saya pasang di medsos itu di-retweet misalnya atau di-share ulang sama admin partai, itu cukup menolong juga,” ujar dia.
Sumber: http://nasional.kompas.com
BanyumasRaya.com