Banyumas Raya
Jakarta – Penyakit kritis kini kian berkembang. Hal ini menanggung beban ekonomi yg cukup tinggi di rumah tangga.
dr. Laurentius Aswin Pramono, Sp.PD, M. Epid, seorang internis dan yg mendalami epidemiologi klinis memaparkan, permasalahan kesehatan dewasa ini makin nyata dan sangat mengancam sehingga masyarakat harus terus siap dan waspada.
Secara global, World Health Organization (WHO) mengkategorikan permasalahan kesehatan hingga mencapai 68.000 jenis. Indonesia pun tidak lepas dari bahaya kesehatan tersebut dan kami harus selalu siaga terhadap kemunculan penyakit-penyakit baru. Para ahli memperkirakan lima penyakit baru pada manusia muncul tiap tahun, tiga diantaranya bersumber dari binatang.
dr. Aswin juga mengingatkan bahwa penyakit kritis mampu menyerang siapa saja dan sebaiknya masyarakat tak terpaku menghindari cuma suatu penyakit tertentu.
“Berbagai permasalahan kesehatan mampu selalu bertambah akibat banyak faktor, seperti lifestyle, globalisasi hingga perubahan iklim. Masyarakat perlu mengantisipasi ancaman penyakit kritis ini dengan mengubah gaya hidup mereka dan lebih menyadari mahalnya kesehatan,” kata Aswin, Jakarta, Senin, (13/01/2020).
Penyakit kritis bisa berimplikasi pada aspek psikologis, sosial hingga finansial yg bisa menggoyahkan stabilitas ekonomi dan masa depan keluarga. Lebih lanjut, penyakit kritis tak cuma menimbulkan beban keuangan berupa biaya rumah sakit, namun juga biaya hidup.
Sebagai contoh, suatu penelitian menyebutkan 83 persen pasien Multidrug-Resistant Tuberculosis dari berbagai pusat kesehatan di Indonesia mengalami dampak katastropik terhadap keuangan rumah tangga akibat penyakitnya.
“Dalam rentang waktu enam bulan setelah didiagnosis, 86 persen kehilangan pendapatan, 32 persen harus meminjam uang dan 18 persen dari mereka mengakui menjual properti buat menutupi pengeluaran,” tambahnya. (tka)
Sumber: http://gayahidup.inilah.com
BanyumasRaya.com