Banyumas Raya
Jakarta – Penanganan gizi buruk menjadi target pemerintah di bidang kesehatan dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yg unggul.
Sesuai dengan amanat Presiden Jokowi dalam peringatan hari kesehatan nasional 2019 yg lalu, bagi mencapai target penurunan angka stunting menjadi 19 persen pada 2024, diperlukan fokus perhatian di bidang kesehatan pada ketercukupan gizi dan pencegahan penyakit.
Menyikapi target pemerintah tersebut, dr. Atikah M. Zaki, MARS yg juga Koordinator Bidang Kesehatan PP Aisyiyah dan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana menyampaikan masalah gizi anak erat kaitannya dengan peningkatan pengetahuan Ibu.
“Dari dulu, hingga ketika ini persoalannya adalah ada faktor ketidaktahuan dari orang tua dalam menyiapkan gizi bagi anak, terutama bagi balita. Satu tahun pertama usia anak itu utama sekali. Nah, orang tua cenderung terburu-buru. Dari lalu buru-buru. Ingin langsung memberi makanan padat buat anak, ingin anaknya jadi gemuk, bahkan sampai ada yg melupakan ASI,” papar Atikah, Jakarta, Rabu, (29/01/2020).
Masih menurutnya, hingga kini, tak jarang para Ibu masih ragu, kapan waktu yg tepat mulai memberikan makanan padat bagi buah harisnya.
“Ya, seperti itu. Dan juga tentang menu. Dulu, MPASI yg diberikan ibu menunya terus nasi, hati, bayam nasi, hati, bayam. Itu itu terus. Sehingga lalu saya, juga dokter-dokter puskesmas yg memberikan penyuluhan terus membuatkan tabel harian, misalnya senin pakai bayam, selasa pakai wortel dan seterusnya,” tambahnya.
Semakin berkembangnya teknologi dan cepat mengakses informasi, para ibu-ibu telah akan pintar, telah tahu bahwa MPASI bagi anak harus variatif.
“Proteinnya harus dibagi, jangan cuma sesuatu macam, dapat telur, hati, tahu dan tempe yg bagus sekali bagi anak, sehingga anak mengenal berbagai rasa. Jadi memang pengetahuan ibu harus ditingkatkan, ibu harus paham yg terpenting adalah bagaimana mencukupi gizi anak, bukan menggemukkan anak,” paparnya. (tka)
Sumber: http://gayahidup.inilah.com
BanyumasRaya.com