CILACAP –Sebagai tindak lanjut usulan Pemkab Cilacap menjadi kawasan konservasi perikanana khususnya Sidat, Dinas Perikanan Cilacap menggelar Rapat Kick Off Meeting demontration site budidaya sidat stadia Glass Eel ke elver diBalai Benih Ikan –BBI Majenang, di ruang rapat dinas setempat Senin(13/03/23). Rapat yang dipimpin Kepala Bidang Perikanan Budidaya Indarto, dihadiri narasumber dari BRIN Eri Setiadi, DLH, PSDA, S2P, Kominfo, kelompok nelayan budi daya sidat serta pengepul serta penangkap glass eel yang ada di Kabupaten Cilacap.
Plt.Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Didik Nugraha melalui Kepala Bidang Perikanan Budidaya, Indarto menjelaskan, penyediaan benih berkualitas diperlukan untuk mendukung pengembangan budidaya Sidat yang menjadi salah satu komoditas perikanan darat unggulan di Kabupaten Cilacap. Dimulainya demontration site budidaya sidat stadia Glass Eel ke elver di BBI Majenang, tujuanya untuk meningkatkan kapasitas agar BBI Majenang dapat menyediakan benih sidat glass eel bagi pembudidaya. Sehingga pembudidaya dapat memperoleh benih sidat yang berkualitas.
Sejauh ini ketersediaan benih glass eel masih mengandalkan hasil dari tangkapan alam karena belum dapat dipijahkan. Di Kabupaten Cilacap sendiri baru ada satu kelompok pembudidaya yang dapat mengimplementasikan budidaya Sidat mulai dari stadia glass eel. Yakni di Desa Kaliwungu, Kecamatan Kedungreja.
“Sangat susah mengimplementasikan budidaya dari stadia glass eel, karena dibutuhkan tempat tertutup, penanganan khusus, serta parameter kualitas air dan lingkungan yang terkontrol,” kata Indarto.
Dijelaskan, Bahwa demontration site ini merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya, di mana pada demo site pertama, tahapan budidaya dimulai dari stadia elver hingga ukuran konsumsi.
Pada tahap ini, kendala utama yang dijumpai adalah kualitas benih elver tidak seragam sehingga mengurangi tingkat keberhasilannya. Sehingga Tim Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia dan Food and Agriculture Organization (FAO) merekomendasikan demo site kedua budidaya dari stadia glass eel hingga elver. Harapanya agar hasil sidat komsumsi berkualitas sesuai standar ekspor.
“Memang stadia glass eel sampai elver itu merupakan titik kritis dalam budidaya sidat. Kalau dapat elver dengan kualitas baik, sudah sangat mendukung keberhasilan budidaya sidat sampai ukuran konsumsi , proses budidaya sidat dari glass eel hingga ke ukuran komsumsi butuh biaya besar karena pakanya cukup mahal dan waktu cukup lama skitar 12 bulan ,” jelasnya.
Untuk diketahui, untuk pangsa pasar ekspor sidat dalam bentuk olahan sidat terbesar permintaan dari negara Jepang, sidat merupakan komoditas perikanan yang sangat diminati pasar mancanegara. Kelompok pembudidaya sidat di Desa Kaliwungu, Kedungreja bahkan menjadi percontohan budidaya sidat dalam proyek IFish dari Organisasi Pangan Dan Pertanian PBB (FAO) bersama KKP.
Proyek IFish berfokus pada tiga komoditas ikan air tawar, yakni sidat, belida, dan arwana. IFish tidak hanya melakukan pendataan dan monitoring jenis ikan air tawar, tetapi juga membantu upaya pengembangbiakan ikan air tawar yang dilindungi.(rin/kominfo)