BANJARNEGARA – Melihat orang dilanda musibah, seorang mestinya menaruh rasa empati. Tetapi ternyata tidak semua orang memiliki nurani demikian.
Ada oknum yang justru memanfaatkan keterpurukan orang lain untuk mencari keuntungan.
Bukannya membantu meringankan penderitaan sesama, oknum itu justru menambah susah penderita.
Arif, warga Banjarnegara paniknya bukan main. Orang tuanya sedang berjuang melawan Covid 19 di sebuah rumah sakit di Banjarnegara.
Hingga keluarga melakukan berbagai upaya untuk kesembuhan pasien.
Arif mencari plasma kovalesen untuk terapi penyembuhan orang tuanya.
Ia pun membagikan informasi itu ke grup-grup dunia maya, termasuk Facebook.
Dengan cara itu, ia berharap ada penyintas yang tergerak untuk medonorkan plasmanya.
“Saya share ke berbagai grup, karena saya panik malam itu, ” katanya, Jumat (30/7/2021).
Hingga ia menerima kabar yang melegakan. Seorang dengan nomor tak dikenal tiba-tiba menghubunginya. Ia mengaku sebagai penyintas Covid 19 yang kebetulan memiliki golongan darah sama dengan ayahnya, A +.
Ia pun bersyukur dan menyambut hangat kebaikan orang itu. Orang tersebut mengaku sedang berada di Tasikmalaya dan akan pulang ke Banjarnegara dalam waktu dekat.
Ia pun mengaku sampel darahnya sudah diambil untuk cek titer antibodi di Tasikmalaya. Untuk meyakinkan, ia pun mengirimkan foto seolah darahnya sedang diambil petugas.
Ia lantas menanyakan apakah ongkos cek titer antibodi di PMI serta ongkos lainnya sebesar Rp 197 ribu yang dia keluarkan bakal diganti keluarga.
Karena merasa bantuan itu berarti untuk orang tuanya, Arif menyanggupi untuk mengganti ongkos yang dikeluarkan orang tersebut.
Arif pun meminta rekening Bank oknum itu untuk transfer biaya pengganti. Tetapi oknum tersebut justru meminta agar transfer dilakukan melalui aplikasi Ovo.
“Setelah saya tunda pembayaran, saya alasan Ovo kebetulan trouble. Saya curiga karena dia gak punya rekening Bank. Dia telepon agak kecewa,” katanya
Arif yang enggan mentransfer melalui aplikasi lantas berjanji akan mengganti ongkos pengeluaran oknum itu, termasuk ongkos Pulang Pergi (PP) setiba dia di Banjarnegara.
Ternyata, setelah itu, tidak ada lagi kabar dari oknum tersebut. Padahal jika benar ia berdonor untuk ayahnya, ia siap mengganti ongkos yang diminta saat bertemu di Banjarnegara.
Karena tak ada lagi tanggapan, Arif belakangan merasa nyaris menjadi korban penipuan. Arif pun menyayangkan mengapa ada orang yang tega memeras keluarga yang sedang dilanda musibah.
Ia pun berharap pengalamannya ini menjadi perhatian masyarakat agar mereka lebih waspada terhadap beragam modus penipuan, termasuk dengan mengatasnamakan pendonor plasma.
“Saat nyawa harus ditolong, malah ada yang memeras. Saya belum sampai kena, cuma sekadar share agar teman-teman lebih waspada,” katanya.(*)