Banyumas Raya
– Hari ini, 14 tahun yg lalu, tepatnya 5 September 2005, pesawat Boeing 737-200 Mandala Airlines penerbangan RI91 gagal takeoff dari bandara Polonia Medan. Pesawat jatuh tidak jauh dari area bandara.
Dari 112 penumpang dan lima kru yg diangkut ketika itu, 100-an di antaranya meninggal dunia dan 17 orang selamat, walau belakangan dua di antaranya dilaporkan meninggal akibat luka-luka.
Isu yg menyeruak setelah kecelakaan itu adalah, pesawat terlampau berat karena mengangkut kargo durian. Benarkah demikian?
Setelah pesawat Boeing 737-200 registrasi PK-RIM tujuan Medan-Jakarta itu melaju di runway, roda pesawat sempat meninggalkan aspal runway sejenak.
Pesawat kemudian stall (kehilangan daya angkat) jatuh kembali ke landasan dan selalu melaju hingga keluar ujung landasan (overrun), menabrak belasan rumah di sepanjang jalur ujung luar runway.
Baca juga: Stop Sebut Durian sebagai Penyebab Jatuhnya Pesawat Mandala di Medan
Memang benar ditemukan kargo durian di puing reruntuhan PK-RIM, namun hasil akhir penyelidikan KNKT menyebut, kargo dan CG (center of gravity) pesawat, tak turut andil sebagai faktor yg berkontribusi kepada gagal takeoff-nya Mandala RI91.
Menurut KNKT, penyebab penting dari kecelakaan RI91 adalah flaps dan slats pesawat yg tak menjulur keluar, dan kru (pilot dan kopilot) tak mengetahuinya akibat kerusakan teknis yg juga tak disadari oleh kru pesawat.
Flaps adalah sirip tambahan di sayap pesawat. Sementara slats berada di pinggiran depan sayap.
Jika Anda duduk di kursi dekat jendela, perhatikan setelah pesawat didorong mundur dan mesin menyala, pinggiran sayap sebelah belakang mulai menjulur sedikit.
Sumber: http://tekno.kompas.com
BanyumasRaya.com