Banyumas Raya
Jakarta – Pangsa pasar game yg tinggi di Indonesia belum dapat direspon oleh pembuat game lokal. Produk mereka masih kalah bersaing dengan game buatan asing. Untuk mengubah keadaan itu, dukungan dari berbagai pihak termasuk operator telekomunikasi dibutuhkan.
Mengutip hasil riset Newzoo The Indonesian Gamer 2017 diperkirakan ada 43,7 juta pemain game di Indonesia yg mengeluarkan sekitar US$880 juta. Ini menjadikan Indonesia sebagai negara ke-16 terbesar di dunia dalam hal pendapatan game.
Tahun lalu, pengeluaran belanja game di pasar Indonesia diperkirakan sudah mencapai sekitar US$1 miliar. Belanja game di pasar Indonesia diduga sebagian lari ke sektor mobile game.
Kontras dengan gema serta gemerlap mobile game berikut eSports, Asosiasi Game Indonesia (AGI) memperkirakan, cuma sekitar 1 persen dari ukuran pasar Indonesia yg diisi oleh produk game buatan lokal. Situasi ini sebenarnya telah sejak lama tidak jarang diserukan, bahkan jauh sebelum gaung eSports menggema.
Tak ada data pasti soal jumlah usaha game di Indonesia. AGI memperkirakan, ada sekitar 200 studio game dengan produktivitas yg tidak merata. Penyebabnya antara yang lain tidak segala studio milik tim produksi besar atau cuma perorangan, butuh waktu 2-3 tahun buat mengembangkan sebuah game, sementara kucuran dana bagi studio game lokal sangat minim.
Menangkap tren itu, Head of Marketing Communications Youth Segment XL Axiata Randu Zulmi menyebutkan bahwa sejak tahun lalu, Axis akan mendukung konten game dengan menjadi sponsor ajang turnamen eSports terbesar di Indonesia, yakni Kaskus Battleground dan bertambah di 2019 dengan Piala Presiden. Tak cuma itu, sejak Desember 2019 ini, brand Axis juga sudah bekerja sama dan menjadi sponsor EVOS.
Menurut rencana, pada 2020 mendatang, Axis mulai bekerja sama dengan para pengembang game lokal khususnya di genre Arcade.
“Kami juga berencana bekerja sama dengan para developer game lokal, buat memperkuat kiprah pengembang konten game lokal. Menurut rencana, mulai dibuat tahun depan, sekarang lagi negosiasi,” ujar Randu.
Dia juga menyatakan optismismenya bahwa tiga tahun ke depan industri game lokal bakal lebih baik lagi.
Sumber: http://teknologi.inilah.com
BanyumasRaya.com