Toyota Motor, produsen mobil asal Jepang, membukukan penurunan laba pertama dalam kurun waktu 2 tahun terakhir pada akhir kuartal kedua. Tercatat, laba menurun sebesar 14% pada bulan Juli-September menjadi US$7,9 miliar atau setara Rp124,5 triliun.
Hal tersebut dapat terjadi karena berkurangnya permintaan akibat dominasi mobil listrik (EV) dari China. Sebab, di antara produsen mobil konvensional, Toyota menjadi salah satu yang paling lambat mengadopsi mobil listrik. Terbukti, penjualan EV Toyota hanya menyumbang sebesar 1,5% dari penjualan secara global dalam 9 bulan pertama tahun ini.
Selain itu, strategi Toyota untuk mengembangkan kendaraan hybrid-nya di AS tidak terlalu berpengaruh terhadap minat konsumen. Ditambah, adanya penangguhan pengiriman dua model ke AS terkait standar airbags.
Sementara itu, BYD, perusahaan kendaraan listrik asal China, justru membukukan pendapatan yang naik hingga 24% dengan perolehan US$28,2 miliar. Angka ini bahkan lebih tinggi ketimbang pesaingnya, Tesla.
Hal ini menunjukkan korelasi yang nyata, di mana adopsi kendaraan listrik semakin masif dan beberapa pengguna mulai beralih dari kendaraan konvensional yang dinilai tidak ramah lingkungan.