Banyumas Raya
Mungkin anda telah tidak asing dengan istilah ‘sugar rush’ atau ‘sugar high’. Itu adalah keadaan sifat hiperaktif anak yg disebabkan oleh makanan manis yg mengandung gula.
- Freeport janjikan suntik dana USD 110 juta buat pembangunan smelter
- 5 Biaya tambahan musti dipersiapkan ketika ingin mengambil KPR
- KPK akui kesulitan periksa saksi-saksi terkait korupsi Heli AW-101
Namun, keadaan tersebut tampaknya tak benar. Hal ini seperti diungkap dalam penelitian yg meneliti tentangbahaya konsumsi gula berlebihdan efek gula pada anak-anak di tahun 1990-an.
“Gula sepertinya tak memengaruhi perilaku anak-anak,” kata Dr Mark Wolraich, Kepala Development and Behavioral Pediatrics di Oklahoma Univresity Health Sciences Center, Amerika Serikat seperti dikutip dari Live Science, Selasa (3/7/2018).
Kondisi ini, menurut Wolrich, yaitu sebuah kesalahpahaman yg muncul di mata orangtua saat melihat anak-anak menjadi lebih aktif di pesta yg banyak menyediakan makanan manis.
Menurut Wolraich, energi yg membuat anak-anak bersemangat bukanlah berasal dari gula, tetapi dari sistem tubuh mereka.
“Ide mereka diperkuat dengan melihatnya dalam situasi seperti itu,” kata Wolraich yg melakukan penelitian tentang gula tersebut.
Kesalahpahaman ini bermula dari efek gula pada mereka dengan hipoglikemia (kadar gula darah rendah). Ketika seseorang dengan kadar gula darah rendah (hipoglikemia) mampu memiliki dorongan energi dari minuman yg mengandung gula. Namun, hal itu berbeda saat seseorang mengonsumsi makanan manis saat dia tak memiliki gula darah rendah.
“Tubuh biasanya mulai mengatur gula-gula itu. Jika dibutuhkan, itu mulai menjadikannya energi. Jika tidak, itu mulai diubah jadi lemak buat simpanan,” ucap Wolraich.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Memperberat Hiperaktif
Sugar 2018 Liputan6.com
Mengutip tulisan dr Resthie Rachmanta Putri, M Epid di Klikdokter, anggapan gula menyebabkan anak hiperaktif ada sejak 1973.
Saat itu, dokter Benjamin Feingold memublikasikan bahwa anak yg mengalami ADHD (attention deficit-hyperactive disorder) tak dianjurkan mengonsumsi pemanis buatan karena mulai memperberat keadaan yg ia alami.
Namun, penelitian yg diterbitkan di JAMA Journal pada 1995 menjelaskan tak ada hubungan antara konsumsi gula dengan keadaan hiperaktif.
“Kondisi anak menjadi hiperaktif lebih disebabkan gangguan emosional, gangguan tidur (kurang tidur atau kelebihan tidur), dan gangguan kejiwaan seperti attention deficit- hyperactive disorder (ADHD),” jelas Resthie.
Walaupun begitu, bukan berarti anak bebas makanan gula maupun pemanis buatan lainnya. Hal ini karena zat tersebut dapat menimbulkan penyakit seperti obesitas.
“Karena itu sesuai anjuran WHO sebaiknya anak mengonsumsi gula maksimal 5 – 7 sendok teh per hari,” tutur Resthie.
Nah, seandainya membahas tentang gula. Sebagai masyarakat Indonesia pastinya anda tahu dong seandainya di Indonesia ada beberapa macam gula selain gula pasir. Walaupun kelihatannya hampir sama, namun ketiga gula ini memiliki nama yg berbeda. Yaitu gula aren, gula jawa dan gula palem. Bisakah anda membedakannya?
Sumber: Liputan6.com [mg2]
Sumber: http://www.merdeka.com
BanyumasRaya.com