Banyumas Raya
Jakarta – Vaksinasi HPV bagi mencegah kanker serviks sudah direncanakan bagi berkembang menjadi program nasional.
Namun bukannya diresmikan menjadi program imunisasi nasional, program percontohan vaksinasi HPV tahun ini justru berada di ujung tanduk.
“Vaksinasi HPV anak sekolah harusnya dikerjakan bulan November. Tapi hingga ketika ini pertengahan Desember, belum juga ada tanda mulai langsung dilaksanakan,” papar Prof. Andrijono, Sp.OG, pelopor Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS), seperti yg dikutip dari siaran pers, Jakarta, Senin, (16/12/2019).
Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) ini menambahkan, sekitar 120.000 anak perempuan terancam tak mendapat vaksinasi HPV lanjutan.
Program vaksinasi HPV (Human Papilloma Virus) dimulai dengan program percontohan di Jakarta pada 2016.
Selanjutnya, program serupa akan dikerjakan di dua daerah lain, dan pada 2018 sudah dikerjakan pula di Yogyakarta (Kabupaten Bantul dan Kulon Progo), Surabaya, Makassar, dan Manado.
Menurut Ketua Umum CISC (Cancer Information and Support Group) dan juga anggota KICKS Aryanthi Baramuli, program percontohan vaksinasi HPV berjalan lancar sejak 2016 dengan cakupan mencapai lebih dari 90 persen.
“Baru kali ini terlambat, karena ada persoalan dalam hal ketersediaan vaksin HPV. Hingga ketika ini, vaksinnya masih belum tersedia bagi program. Pemerintah harus lebih mementingkan masa depan putri bangsa dengan langsung menyediakan vaksin HPV bagi siswi SD, supaya program bagus ini mampu langsung dilanjutkan,” tuturnya.
Pergantian kabinet pemerintahan ditengarai turut berkontribusi dalam keterlambatan ini.
Padahal, dasar hukum pengadaan vaksin HPV telah ada, yakni Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No. 11/2018.
Vaksin HPV diindikasikan buat perempuan dan laki-laki usia 9 45 tahun.
Pada usia 9 13 tahun, vaksin cuma diberikan dalam beberapa dosis; lebih sedikit ketimbang pada usia 14 tahun ke atas, yg diberikan dalam tiga dosis.
Program vaksinasi HPV di Indonesia menyasar siswi kelas 5 SD/sederajat (dosis pertama), dan dosis kedua diberikan setahun kemudian, ketika mereka duduk di kelas 6 SD/sederajat.(tka)
Sumber: http://gayahidup.inilah.com
BanyumasRaya.com