Banyumas Raya
Jakarta – PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) beserta anak usaha PT Hexpharm Jaya (HJ) menerima pemberitahuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yg menyatakan bahwa produk Ranitidin Kalbe dan Hexpharm Jaya mampu diproduksi dan diedarkan buat masyarakat.
Dengan demikian produk Ranitidin produksi Kalbe dan HJ aman bagi dikonsumsi. “Kami selalu memastikan kualitas setiap produk Kalbe termasuk produk obat generic HJ agar tetap aman dikonsumsi oleh masyarakat, ” kata Michael Bujung Nugroho, Direktur PT Kalbe Farma Tbk, dalam keterangannya, Jumat (22/11/2019).
Seperti diketahui, dua waktu dulu BPOM sudah mengeluarkan pemberitahuan bahwa ada dua produk Ranitidin yg beredar di masyarakat mengandung NDMA atau N-Nitrosodimethylamine yg seandainya dikonsumsi di atas ambang batas secara selalu menerus dalam jangka waktu yg lama berpotensi karsinogenik. Ambang batas cemaran NDMA yg diperbolehkan adalah 96 ng/hari (acceptable daily intake).
“Hasil pemeriksaan BPOM terhadap produk Ranitidin Kalbe membuktikan bahwa produk Kalbe tak mengandung NDMA melebihi ambang batas yg diperbolehkan. Untuk itu masyarakat tak perlu khawatir dalam mengkonsumi produk Ranitidin produksi Kalbe dan HJ,” tambah Michael lagi.
Saat ini produk Ranitidin produksi Kalbe adalah Rantin Cairan Injeksi 25 mg/mL dan Rantin Tablet Salut Selaput 150 mg. Sedangkan produk Ranitidin produksi HJ adalah Ranitidin HCL Cairan Injeksi 25 mg/mL, Ranitidin HCL Tablet Salut Selaput 150 mg dan Titan 150 Tablet Salut Selaput 150 mg.
Ranitidin yaitu obat yg dipakai bagi mengatasi gejala atau persoalan yg terjadi akibat adanya produksi asam yg berlebih di dalam lambung. Obat ini yaitu obat golongan penghambat histamin-2 atau H2 (H2 blocker). Produksi cairan asam yg terjadi di lambung dikerjakan oleh sel yg bernama sel parietal yg terletak di dinding lambung.
Terdapat dua reseptor yg terletak di sel parietal tersebut yg berperan menghasilkan asam lambung, di ataranya reseptor gastrin, asetilkolin, dan histamin-2. Ketiga reseptor tersebut mulai reaktif terhadap hormon dan neurotransmiter. Dengan demikian, ranitidin yg termasuk golongan penghambat histamin-2 mulai berperan menghambat jalur reseptor tersebut, sehingga tak bereaksi menghasilkan asam lambung dari sel parietal, jadi asam lambung pun mulai berkurang.
NDMA sendiri diketahui bersifat karsinogenik. Zat ini mampu memicu terjadinya kanker pada manusia. Selain itu, NDMA ini juga dikenal sebagai kontaminan lingkungan yg bisa ditemukan pada air dan makanan, termasuk daging, produk susu, dan sayuran. [*]
Sumber: http://gayahidup.inilah.com
BanyumasRaya.com