Perbaikan Gizi Bangsa Terus Dioptimalkan

oleh -199 Dilihat

Banyumas Raya

Jakarta – Gizi baik menjadi landasan setiap individu mencapai potensi maksimal yg dimilikinya.

Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu periode sensitif yg menentukan kualitas hidup di masa yg mulai datang.

Perbaikan gizi, khususnya penurunan stunting menjadi salah sesuatu agenda prioritas pembangunan kesehatan. Perbaikan gizi dikerjakan melalui pendekatan continuum of care dengan fokus pada 1000 HPK merupakan akan dari masa kehamilan sampai dengan anak berusuia 2 tahun.

“Sasaran diperluas dengan mengembangkan jangkauan pelayanan gizi pada remaja puteri dan calon pengantin melalui pemberian tablet tambah darah (TTD), sebagai persiapan periode kehamilan,” kata dr. Kirana Pritasari, MIQH Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Jumat, (18/01/2019).

Berbagai jurnal menyebutkan, kerugian materi dan imateri dari persoalan gizi luar biasa besar. Masalah gizi menyebabkan rendahnya status kesehatan dan gizi sehingga berpengaruh terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), pencapaian pendidikan rendah, dan daya saing bangsa.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 diperoleh angka stunting sebesar 30,8 persen. Hal ini memamerkan bahwa persoalan stunting masih menjadi persoalan kesehatan masyarakat karena masih di atas ambang batas 20 persen.

Demikian juga dengan meningkatnya angka anemia pada ibu hamil sebesar 48,9 persen (Riskesdas, 2018) dari yg sebelumnya 37,1 persen (Riskesdas, 2013).

Masalah tersebut berhubungan dengan fakta yg memperlihatkan 70-80 persen ibu hamil belum tercukupi konsumsi energi dan proteinnya (Studi Diet Total, 2014).

“Perbaikan gizi masih perlu dioptimalkan, upaya Kementerian Kesehatan dalam Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga difokuskan pada 4 prioritas merupakan percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), perbaikan gizi khususnya penurunan prevalensi stunting, serta penurunan penyakit menular dan tak menular,” tambahnya.

Pendekatan keluarga dikerjakan sebagai strategi perubahan perilaku yg dimulai dari keluarga dan masyarakat dalam penerapan gizi seimbang.

Hal itu dikerjakan dengan mengedepankan konsumsi ikan, sayur dan buah, serta pengenalan terhadap risiko penyakit.

Namun, perbaikan gizi melalui intervensi gizi spesifik yg dikerjakan oleh sektor kesehatan tak mulai mencapai hasil maksimal tanpa adanya intervensi sensitif dari sektor non-kesehatan, seperti peningkatan produksi pertanian buat mendukung ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga, perlindungan sosial buat pengentasan kemiskinan melalui program keluarga harapan (PKH), program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), penyediaan air bersih dan sanitasi, serta program pemberdayaan perempuan.

Membangun Gizi Bangsa Peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-59 harus dijadikan sebagai momentum meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peran keluarga.(tka)
Sumber: http://gayahidup.inilah.com
BanyumasRaya.com

No More Posts Available.

No more pages to load.