Penyebab Penyakit Tidak Menular Harus Dikendalikan

oleh -178 Dilihat

Banyumas Raya

Jakarta – Kurang 5 tahun lagi Indonesia mulai terdampak ancaman global penyakit tak menular, hingga kini Indonesia belum memiliki regulasi yg dapat melindungi masyarakat dari penyakit tak menular.

Kosumsi rokok masih tinggi dan dengan dibebaskannya iklan, csr, dan sponsorship rokok serta harga rokok yg murah menyebabkan anak-anak Indonesia masih menjadi objek rentan industri rokok buat meregenerasi perokok aktif.

Diabetes menjadi ancaman nyata untuk anak-anak Indonesia melihat maraknya iklan minuman manis kemasan yg tak diregulasi dan menyasar pada anak-anak.

Perlu diingat batas maksimal konsumsi gula per hari adalah 5 sendok teh, sementara gula dalam sesuatu botol minuman kemasan isi 500 ml saja dapat mencukupi kebutuhan gula hingga 3 hari ke depan. Belum lagi junk food yg semakin gampang didapatkan dan keadaan lingkungan yg penuh polusi semakin membuat masyarakat kalian semakin rentan terserang penyakit tak menular.

Penyakit Tidak Menular di Indonesia semakin memprihatinkan.

Riskesdas 2018 memamerkan prevalensi Penyakit Tidak Menular mengalami kenaikan seandainya dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara yang lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi.

Prevalensi kanker naik dari 1,4 persen (Riskesdas 2013) menjadi 1,8 persen; prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34, 1 persen .

dr. Asmoko Resta Permana, Sp.JP dari Yayasan Jantung Indonesia mengungkapkan sejak tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) selalu meningkat, merupakan 7,2% (Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas 2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018).

“Data proporsi konsumsi minuman beralkohol pun meningkat dari 3% menjadi 3,3%. Demikian juga proporsi aktivitas fisik kurang juga naik dari 26,1% menjadi 33,5% dan 0,8% mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. Hal lainnya adalah proporsi konsumsi buah dan sayur kurang pada penduduk 5 tahun, masih sangat bermasalah merupakan sebesar 95,5%,” kata Asmoko, seperti yg dikutip dari siaran pers, Jakarta, (03/12/2019).

Berdasarkan data yg tercatat pada Sistem Registrasi Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, angka kematian karena penyakit tak menular pada 1990 adalah 37 persen.

Satu dekade kemudian, angka ini meningkat menjadi 49 persen. Kemudian, meningkat lagi menjadi 58 persen pada 2010. Lalu naik menjadi 71 persen pada 2014. Penyakit kardiovaskular dan diabetes menempati urutan teratas pada beban penyakit tak menular secara nasional,” papar dr Asmoko.

Peningkatan prevalensi penyakit tak menular juga kelihatan pada masalah dimensia. Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia (ALZI), Patricia Tumbelaka mengungkapkan jumlah orang dengan demensia (ODD) sudah mencapai 1,2 juta orang pada 2019. Jumlah ini diperkirakan mulai selalu bertambah hingga 4 juta orang di tahun 2050 dan mulai memberi beban ekonomi senilai lebih dari USD2,2 miliar.(tka)

Sumber: http://gayahidup.inilah.com
BanyumasRaya.com

No More Posts Available.

No more pages to load.