Banyumas Raya
Jakarta – Minyak kutus kutus kini menjadi salah sesuatu andalan saat sedang sakit.
Dimulai dari cerita terperosoknya Bapak Servasius Bambang Pranoto ke dalam sebuah parit yg berakibat hampir lumpuhnya kaki beliau.
Mencoba semua cara bagi menyembuhkan baik dari medis, alternatif dan cara-cara yang lain yg hampir saja membuat Pak Bambang putus asa. Dari sanalah beliau teringat resep leluhur mulai minyak balur kesehatan dan lahirlah minyak balur Kutus Kutus.
Servasius Bambang Pranoto, seorang pria berdarah seni kuat lahir di Kota Klaten, Solo. Mengenyam pendidikan di SMA Debritto Yogyakarta, dan merampungkan S1 Teknik Elektro di Satya Wacana Salatiga, selanjutnya meniti karir hingga menjadi Executive Staff di Philip Jakarta.
Tapi ketertarikan dia mulai seni selalu mengusik hingga akhirnya menetapkan buat masuk ke dunia seni musik.
Drama perjalanan hidup pun selalu mengalir mengikuti intuisi seni yg akhirnya mengantarkan Bambang Pranoto berlabuh di Desa Bona, Gianyar, Bali di tahun 2002 dan episode hidup selanjutnya pun diwarnai dengan berbagai tragedi hingga akhirnya mengalami kecelakaan ketika kakinya terkilir hampir lumpuh karena terperosok.
Tragedi inilah yg menjadi cikal bakal lahirnya minyak balur kesehatan Kutus Kutus.
Karakter Bambang Pranoto yg ringan hati dan suka berbagi, akhirnya menjadi berkah buat orang lain. Banyak yg tertolong dengan minyak balur yg ia buat.
Dari sinilah intuisi Bambang Pranoto mendorong dia bagi memproduksinya lebih luas, dimulai dari proses produksi secara manual di rumahnya di desa Bona. Seiring berjalannya waktu dan meningkatnya penerimaan masyarakat luas, pada 2018 berdirilah pabrik Kutus Kutus yg berlokasi di Gianyar Bali, seperti yg dikutip dari siaran pers, Jakarta, Kamis, (05/12/2019).
Bagi Bambang Pranoto, Kutus Kutus bukan sekedar produk tetapi sebuah idealisme, jawaban dari apa yg dia percayai selama ini. Bahwa manusia sebagai bagian dari alam memiliki energi, kemampuan bagi menyembuhkan dirinya sendiri dan Kutus Kutus membangkitkan kekuatan itu.
Kutus Kutus sendiri adalah Bahasa Bali yg artinya 88, yg secara bentuk cukup unik dan menyerupai simbol infiniti, sebuah harapan ke depan agar Kutus Kutus dapat selalu abadi menjadi minyak yg dikenal di dunia.
Saat ini produksi Kutus Kutus sudah mencapi sesuatu juta botol perbulan dan pemasaran Kutus Kutus telah sampai ke Australia dan Eropa serta negara-negara lain.
Semangat berbagi selalu mengalir membahagiakan banyak umat manusia, bersinergi dengan alam dan kembali ke ranah manusia terdahulu ketika diciptakan oleh Sang Maha Kuasa. Kutus Kutus, sehat, sukses & sejahtera.(tka)
Sumber: http://gayahidup.inilah.com
BanyumasRaya.com