Banyumas Raya
Jakarta – Sebagian besar penderita diabetes berisiko mengalami komplikasi, salah satunya neuropati diabetes.
Neuropati diabetes menimbulkan gejala seperti kebas, kesemutan, rasa terbakar dan rasa sakit.
Gejala ini mulai semakin muncul seandainya durasi diabetes cukup lama dan kadar gula tak terkontrol.
Dalam rangka Hari Diabetes Sedunia, P&G Health melalui Neurobion mengadakan edukasi pencegahan neuropati, terutama pada penderita diabetes, mengenai vitamin neurotropik yg sudah terbukti mampu mengurangi gejala neuropati pada penderita diabetes serta Neuropathy Check Point di lokasi umum bagi menjangkau lebih banyak masyarakat.
Edukasi mengenai vitamin neurotropik ini berdasarkan Studi Klinis 2018 NENOIN (penelitian non-intervensi dengan vitamin neurotropik) yg membuktikan bahwa konsumsi vitamin neurotropik (kombinasi vitamin B1, B6 dan B12) bisa mengurangi gejala neuropati seperti kebas, kesemutan, rasa terbakar dan rasa sakit secara signifikan hingga dalam 3 bulan periode konsumsi hingga 66 persen pada penderita diabetes.
“Pada penderita diabetes, kadar gula dalam tubuh yg tinggi dalam kurun waktu yg lama mulai melemahkan dinding pembuluh darah yg memberikan nutrisi ke sel saraf, sehingga mampu merusak sel saraf. Hal itu yg menyebabkan penderita diabetes memiliki risiko tinggi terkena kerusakan saraf tepi atau neuropati perifer,” kata Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, SpPD-KEMD, FINASIM, FACE, Ketua Pesatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi dan Depok, Jakarta, baru – baru ini.
Jika diabetes dan kerusakan saraf tak langsung ditangani sedini mungkin, maka mulai mencapai tahap krusial, sehingga kelainan saraf tersebut makin sulit bagi bisa pulih seperti semula.
Data International Federation (IDF) Tahun 2017 memamerkan bahwa 50 persen penderita diabetes berisiko terkena gejala neuropati. Di Indonesia sendiri, terdapat lebih dari 10 juta masalah diabetes dan data Riskesdas 2018 memamerkan prevalensi Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2018 sebesar 10,9 persen yg memakai konsensus PERKENI 2015.
“Hal ini tentu perlu mendapatkan perhatian lebih karena neuropati yaitu concealed disease, yg bila tak diobati mulai berkembang dan mampu memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup. Maka dari itu, keluarga berperan utama bagi menolong mencegah dan mendeteksi risiko gejala neuropati agar penderita mampu langsung mendapatkan diagnosa akurat sedini mungkin,” tambahnya. (tka)
Sumber: http://gayahidup.inilah.com
BanyumasRaya.com