Banyumas Raya
INILAH.COM, Jakarta – Munculnya pikiran negatif adalah salah sesuatu gejala stres dan depresi. Ketahui gejala lainnya buat mengenali beberapa keadaan tersebut.
Segala satu tak terus berjalan mulus sesuai rencana. Anda pasti mulai berhadapan dengan masalah, baik itu dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan, maupun kesehatan. Bila berlangsung berlarut-larut tanpa penyelesaian, berbagai konflik tersebut mampu menjadi pencetus timbulnya gejala stres dan depresi.
Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong, banyak orang beranggapan bahwa gejala stres dan depresi cuma sebatas munculnya pikiran negatif diikuti perasaan sedih yg amat dalam.
“Padahal, gejala stres dan depresi amat luas dan bervariasi bergantung pada banyak faktor. Sebut saja kepribadian seseorang, faktor pencetus, seberapa berat stressor (faktor pencetus), dan sistem pendukung (support system) seseorang,” kata dr. Sepriani Timurtini Limbong dalam keterangannya, baru-baru ini.
Lantas, apa itu stres dan depresi?
Stres yaitu reaksi tubuh terhadap perubahan apapun yg memerlukan respons atau penyesuaian tertentu. Hal ini sebenarnya normal. Anda bisa mengalami stres akibat berbagai hal, akan dari hal fisik, mental, dan emosional.
Bahkan, hal positif sekalipun, seperti kelahiran anak, kenaikan pangkat atau gaji, bisa menimbulkan stres. Akan tetapi, stres secara umum kerap dikaitkan dengan keadaan yg tak diinginkan. Saat menghadapi stressor tertentu, tubuh mulai menciptakan sebuah respons yg mempersiapkan Anda bagi menghadapi stressor tersebut. Berbagai senyawa kimia mulai dikeluarkan dalam tubuh, seperti kortisol, adrenalin, dan noradrenalin.
“Senyawa-senyawa tersebut mulai membuat Anda lebih terjaga, meningkatkan frekuensi nadi, fungsi otot agar Anda bersiap menghadapi kejadian yg dianggap menantang atau mengancam oleh tubuh. Dalam hal ini, tubuh berada pada keadaan “fight or flight” yg yaitu respons wajar ketika Anda sedang mengalami suatu stressor. Namun demikian, bila terjadi dalam waktu lama, stres mampu menyebabkan timbulnya berbagai persoalan fisik dan mental,” terangnya.
Bagaimana dengan depresi? Depresi yaitu kelainan suasana hati dimana seseorang merasa sedih dan kehilangan minat yg berlangsung sepanjang waktu.
Kondisi ini termasuk dalam salah sesuatu macam gangguan kesehatan jiwa yg mulai berdampak pada cara pikir dan perilaku seseorang. Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar tujuh persen orang berusia di atas 12 tahun mengalami sesuatu periode depresi dalam hidupnya. Penderita depresi sendiri di segala dunia diperkirakan ada mencapai 350 juta.
“Depresi yg tak terdeteksi dan tak ditangani dengan tepat mulai memengaruhi setiap aspek kehidupan penderitanya, mengganggu hubungannya dengan keluarga dan orang lain, membuatnya tak produktif, bahkan yg terburuk bisa menyebabkan kematian,” terang dr. Sepriani.
Stres berkaitan erat dengan depresi. Seseorang yg mengalami depresi umumnya berawal dari suatu pencetus yg menyebabkan terjadinya stres. Namun, tak setiap stres mulai berakhir menjadi depresi. Hal tersebut tergantung dari seberapa berat stresnya dan waktu terjadinya.
Menurut klikdokter.com, Gejala stres dan depresi kadang kali serupa, meskipun ada dua hal signifikan yg membedakannya. Gejala stres dan depresi memang serupa, tetapi tak sama. Namun, keduanya bisa menimbulkan persoalan untuk kesehatan jiwa dan fisik. Kenali gejala dari kedua keadaan tersebut dan ketahui cara mencegahnya.
Dengan demikian, ketika persoalan tiba atau Anda mengalami konflik yg berpotensi membuat stres dan depresi, Anda dapat mengenali dan mencegahnya. [adc]
Sumber: http://gayahidup.inilah.com
BanyumasRaya.com