Film Avatar 2 Sebagai Orasi James Cameron Mengangkat 5 Isu Lingkungan

oleh -340 Dilihat

Berikut ini adalah 5 pesan tentang lingkungan yang disampaikan oleh James Cameron dalam film Avatar 2: The Way of Water :

  1. Penambangan
    Dalam Avatar 1, James Cameron memberikan sindiran terhadap industri tambang yang dianggap merusak lingkungan. Dalam cerita film tersebut, perusahaan bernama RDA yang berasal dari Bumi datang ke Pandora untuk mencari mineral bernama unobtanium yang dipercaya memiliki nilai hingga US$20 juta per kilogram.Untuk mendapatkan mineral tersebut, RDA mulai memusnahkan hutan di Pandora. Cameron seolah menggambarkan kasus-kasus dalam industri penambangan yang telah menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti penggundulan hutan dan lubang bekas penggalian yang tidak dapat diperbaiki.

    Dalam Avatar 2, sindiran Cameron terhadap industri tambang semakin kental dengan adanya pesawat RDA yang meluluhlantakkan dan membakar sebagian hutan di Pandora.

    Dalam film Avatar 2, adegan berganti ke masa setahun setelah kebakaran hutan di Pandora, yang menunjukkan bahwa wilayah hutan terbakar tersebut telah berubah menjadi tanah tandus dan dibangun sebuah kota oleh RDA yang terbuat sepenuhnya dari metal.

    Ironisnya, Jenderal Frances Ardmore mengklaim bahwa mereka membangun kota penuh metal dan mengubah lahan tandus tersebut karena Bumi tidak lagi dapat ditinggali karena ulah mereka sendiri. Penelitian oleh Achmad Subardja Djakamihardja dan Rhazista Noviardi dari LIPI (sekarang bernama BRIN) menunjukkan bahwa lahan setelah tambang timah di Bangka Barat memiliki tanah dengan kesuburan yang sangat rendah.

    Mereka menulis bahwa ‘tingkat kesuburan tanah dan tailing pada lahan di daerah bekas penambangan sangat rendah yang diakibatkan hilangnya lapisan atas tanah (top soil) dan tercuci dan hanyutnya unsur-unsur hara serta terjadinya perubahan sifat fisik, kimia, dan biologis dari tanah, sehingga terjadi degradasi (penurunan kualitas) lahan.

  2. Penindasan dan pengusiran suku asli
    Sejak film Avatar 1 yang dirilis pada tahun 2009, James Cameron dengan jelas menunjukkan bagaimana manusia, yang disebut sebagai Bangsa Langit, bersikap bengis saat datang ke wilayah baru seperti Pandora.Sebagai pendatang, mereka tidak hanya datang tanpa diundang, tetapi juga berniat mengusir penduduk asli Pandora, bangsa Na’vi. Bukan hanya mengusir, Bangsa Langit juga merendahkan pengetahuan bangsa Na’vi yang sebenarnya berasal dari kearifan lokal dan selaras dengan alam mereka.

    Namun, Bangsa Langit merasa superior dengan segala teknologi yang dimiliki dan tidak mempedulikan bangsa Na’vi. Meskipun pada akhirnya, manusia dapat dikalahkan dengan magis dan kekuatan bangsa Na’vi.

    Melalui narasi tersebut, James Cameron seolah menyindir perusahaan besar yang sering dilaporkan mengusir penduduk asli saat datang untuk mengembangkan bisnis di suatu tempat.

    Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura, Nafsiatun, pernah mengatakan bahwa ‘perusahaan pertambangan kadang mengabaikan karakteristik lokal, padahal kearifan lokal menjadi penting apalagi masyarakat yang tinggal di area pertambangan mempunyai kebiasaan hidup ramah lingkungan yang turun-temurun’.

    Ini menunjukkan bahwa perusahaan besar sering kali tidak memperhatikan karakteristik dan kearifan lokal saat membangun bisnis di suatu tempat, yang dapat merugikan masyarakat setempat.

  3. Perburuan Paus
    Selain dua sindiran di atas, James Cameron memperluas pesan lingkungannya dalam film Avatar 2, The Way of Water. Film ini menyoroti masalah perburuan hewan tulkun yang di Bumi mirip dengan paus. Dalam cerita film tersebut, tulkun diburu oleh Bangsa Langit dan diperdagangkan, dengan cairan otak tulkun yang disebut amrita dihargai sebesar US$80 juta per tabung.Perburuan tulkun tidak hanya dilakukan dengan peralatan sederhana, tetapi juga dengan peralatan canggih yang sesuai dengan ukuran tulkun yang besar seperti paus di Bumi.

    Narasi dalam film Avatar 2 mirip dengan berbagai laporan tentang perburuan paus di lautan. Mulai dari nelayan hingga perusahaan asing, sengaja berburu paus dan hiu untuk diperdagangkan.

    Perburuan paus diperkirakan telah dilakukan manusia sejak tahun 3000 SM, dengan tujuan untuk memperoleh produk seperti daging, minyak, dan lemak. Namun, jumlah perburuan paus atau whaling semakin meningkat sejak diciptakannya teknologi modern. Menurut data International Whaling Commission, sejak pendataan dimulai pada tahun 1985, tercatat lebih dari 56 ribu ekor paus telah ditangkap.

    Pada tahun 2019, jumlah paus di lautan Bumi diperkirakan mencapai 1,3 juta ekor, meskipun jumlah sebenarnya sebelum adanya perburuan bisa mencapai 4-5 juta ekor. Studi yang dipublikasikan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa tubuh-tubuh paus di lautan dapat menyerap karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang dianggap sebagai salah satu penyebab efek rumah kaca dalam perubahan iklim.

  4. Menyindir Industri Kosmetik
    James Cameron tidak hanya menyindir industri perburuan hewan laut dalam film Avatar 2, The Way of Water, tetapi juga industri kosmetika. Dalam cerita film tersebut, manusia dari RDA berburu tulkun, hewan di Pandora, karena menginginkan cairan dalam otaknya yang disebut amrita.Cairan tersebut dianggap memiliki khasiat anti-aging dan dipercaya mampu menjaga kecantikan selamanya, sehingga banyak dicari oleh industri kosmetika di Bumi. Kasus kekerasan terhadap hewan telah lama terjadi dalam industri kosmetika, di mana hewan sering digunakan sebagai percobaan untuk menguji keamanan produk kosmetik. Praktik ini diyakini telah terjadi sejak dulu, tetapi meningkat pada abad ke-19 dan 20 bersamaan dengan perkembangan industri kosmetik.

    Dalam praktik ini, hewan akan dicekoki bahan kosmetik dari hidung, dipaksa menelan, disuntikkan, atau diteteskan di sekitar mata, yang akan menyebabkan efek samping seperti kecanduan bahan kimia, kebutaan, infertilitas, luka bakar, luka tusuk, infeksi virus, dan bahkan kematian.

    Dalam sebuah laporan New Straits Times pada tahun 2017, tercatat bahwa sebuah komposisi kosmetik baru yang diuji kepada hewan bisa membunuh sekitar 1.400 hewan.

  5. Potret Masyarakat Pesisir
    Avatar 2, The Way of Water, yang berfokus pada kehidupan suku Metkayina di pesisir dan pulau terpencil, menunjukkan bagaimana kehidupan masyarakat yang sepenuhnya tergantung pada kondisi laut terganggu oleh kehadiran manusia pendatang atau Bangsa Langit.Plot utama film tersebut adalah pencarian Jack Sully oleh RDA, tetapi juga menggambarkan bagaimana aksi manusia yang merusak lingkungan laut dan mengancam kehidupan masyarakat pesisir dan pulau terpencil. Menurut laporan USAID pada tahun 2016, kerusakan dan kehilangan akibat perubahan iklim paling tinggi terjadi di sektor laut dan pesisir, termasuk dampaknya terhadap masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

    Ancaman yang dihadapi masyarakat pesisir akibat perubahan iklim meliputi penurunan biodiversitas pesisir, perubahan mata pencaharian, kerusakan ekosistem pesisir, dan luas daratan yang hilang akibat kenaikan air laut.

No More Posts Available.

No more pages to load.